Laman

Sabtu, 15 Desember 2012

Kekayaan Alam Papua Membutakan Belanda

            Di awali ekspedisi tim geolog Belanda yang dipimpin oleh Jean-Jacques Dozy yang dilakukan pada tahun 1936 di pedalaman Papua, sekitaran Pegunungan Jayawijaya. Dozy menemukan sebuah gunung yang ditengarai sebagai gunung yang menyimpan cadangan tembaga terbesar di dunia pada waktu itu. Tambang itu dinamainya tambang “Ertsberg” yang berarti Gunung Bijih. Tiga tahun setelahnya, 1939, temuan Dozy ini dimuat dalam majalah Geologi Belanda.



Beberapa Foto Dokumentasi Ekspedisi Penemuan Tambang Ertsberg

            Tahun 1945 pun menjadi hadiah tebesar bangsa ini yang menyatakan bahwa Indonesia terbebas dari segala bentuk kolonialisme dari barat dan timur.
Namun pernyataan sikap Indonesia tahun 1945 ini mengalami masa-masa kritis dimana negara-negara kolonial mencoba kembali untuk menguasai Indonesia dengan berbagai cara, baik cara represif dan perundingan. Namun ada satu hal yang menarik dari negara kolonial ini, Belanda. Belanda berusaha sekuat tenaga untuk kembali menguasai bumi merah putih ini, berikut lika-liku Belanda yang ingin menguasai kembali Indonesia:

1. Pendudukan Papua oleh Belanda(Pasca proklamasi-1949).
Belanda beusaha untuk menduduki RI kembali dengan jalan menduduki wilayah Papua selama rentan waktu tersebut. Namun Usaha Belana ini menuai ancaman keras dari dunia internasional.

2. Konferensi Meja Bundar(1949).
 Menyadari kecaman Internasional tersebut Belanda dan RI mengadakan Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda pada tanggal 22 Desember 1949. Konferensi ini adalah suatu bentuk klimaks sengketa lahan Papua antara RI dan Belanda yang dimana menghasilkan beberapa kesepakatan yaitu:
  • Keradjaan Nederland menjerahkan kedaulatan atas Indonesia jang sepenuhnja kepada Republik Indonesia Serikat dengan tidak bersjarat lagi dan tidak dapat ditjabut, dan karena itu mengakui Republik Indonesia Serikat sebagai Negara yang merdeka dan berdaulat
  • Republik Indonesia Serikat menerima kedaulatan itu atas dasar ketentuan-ketentuan pada Konstitusinja; rantjangan konstitusi telah dipermaklumkan kepada Keradjaan Nederland
  • Kedaulatan akan diserahkan selambat-lambatnja pada tanggal 30 Desember 1949
Pada poin a yang dimaksud “Kerajaan Nederland menjerahkan kedaulatan atas Indonesia jang sepenuhnja kepada Republik Indonesia Serikat dengan tidak bersjarat lagi dan tidak dapat ditjabut”. Kedaulatan yang dimaksu diserahkan adalah seluruh bekas jajahan Belanda kecuali Papua Bagian Barat(sekarang adalah propinsi Papua Barat dan Propinsi Papua). Dan Papua bagian Barat akan dikembalikan Belanda ke pangkuan NKRI 2 (dua) tahun kemudian.
Dan untuk memenuhi perjanjian pada poin C maka pada tanggal 27 Desember 1949 Belanda menyerahkan kedaulatan yang dimaksud poin a dengan prosesi penyerahan. Penyerahan itu dilakukan secara simbolis dengan dua upacara. Upacara pertama berlangsung di Amsterdam, di Istana Op de Dam, dihadiri oleh Wakil Presiden Mohamad Hatta, sekaligus perdana menteri, sebagai pemimpin delegasi Indonesia dan Ratu Juliana serta segenap kabinet Belanda. Upacara kedua berlangsung di Istana Negara, Jakarta, dihadiri oleh wakil tinggi mahkota Belanda di Indonesia Tony Lovink dan Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai wakil perdana menteri Indonesia.

3. Trikora(1961)
Isi kesepakatan KMB pun dilanggar sendiri oleh Belanda. Tidak hanya menduduki wilayah papua bagian barat, namun Belanda juga mencoba untuk memisahkan Papua dari NKRI dengan membentuk Dewan Nasional Papua dan mendeklarasikan pemisahan papua pada tanggal 1 Desember 1961. Mendengar berita tersebut pemerintah Indonesia, yang saat itu dipimpin Sukarno, berang. Pada tanggal 9 Desember 1961di Alun-alun Utara Jogjakarta, Presiden Soekarno mengumumkan Trikora ( Trikomando Rakyat) untuk mengembalikan Irian Barat kepangkuan Negara Republik Indonesia. Kendati konfrontasi fisik akhirnya tidak terjadi, namun hasil penggalangan dukungan Bung Karno dari negara-negara Asia-Afrika, bahkan hingga ke Uni Sovyet yang mendukung Indonesia dengan peralatan perang yakni 24 pesawat pembom Tu-16 yang amat ditakuti Barat serta serombongan pesawat tempur MiG-19, dan MiG-17, telah membuat Amerika Serikat khawatir. Amerika khawatir masalah Papua bisa menyebabkan Perang Dunia Ketiga. Maka dengan bantuan Inggris, Amerika memfasilitasi perundingan Indonesia-Belanda yang menghasilkan New York Agreement tahun 1962.

4. New York Agreement, NYA (1962)
Melalui upaya diplomasi yang alot yang difasilitasi PBB, Belanda akhirnya maumenandatangani New York Agreement (NYA) bersama Indonesia pada tanggal 15 Agustus 1962. Indonesia diwakili oleh Soebandrio, dan Belanda diwakili oleh Jan Herman van Roijen dan C.W.A. Schurmann. Isi kesepakatan itu intinya memuat road mappenyelesaian sengketa atas wilayah Papua/Irian Barat. Lima hari kemudian (20 September 1962) dilakukan pertukaran instrumen ratifikasi NYA antara Indonesia denganBelanda tetapi pertukaran tersebut tidak menjadikannya otomatis berlaku, karena PBB terlibat.
Melalui upaya diplomasi yang alot yang difasilitasi PBB, Belanda akhirnya maumenandatangani New York Agreement (NYA) bersama Indonesia pada tanggal 15 Agustus 1962. Indonesia diwakili oleh Soebandrio, dan Belanda diwakili oleh Jan Herman van Roijen dan C.W.A. Schurmann. Isi kesepakatan itu intinya memuat road mappenyelesaian sengketa atas wilayah Papua/Irian Barat. Lima hari kemudian (20 September 1962) dilakukan pertukaran instrumen ratifikasi NYA antara Indonesia denganBelanda tetapi pertukaran tersebut tidak menjadikannya otomatis berlaku, karena PBBterlibat.
Maka PBB pun membawa Persetujuan bilateral (NYA) ini ke dalam forum PBB, yang kemudian diterima dan dikukuhkan dengan Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 1752yang mulai berlaku 21 September 1962.
Agar Belanda tidak kehilangan muka, perundingan New York (NYA) mengatur penyerahan kekuasaan dari Belanda atas tanah Papua dilakukan secara tidak langsung. Belanda menyerahkannya kepada PBB, baru setelah itu PBB menyerahkanya ke pemerintah Indonesia melalaui referendum (PEPERA).
Maka terjadilah pada 1 Oktober 1962, wakil gubernur jenderal Belanda H. Veldkamp menyerahkan kekuasaannya atas Papua Barat kepada sebuah badan PBB yang khusus dibentuk untuk mengurusi masalah Papua tersebut. Badan PBB itu bernama UNTEA(United Nations Temporary Executive Authority).
Pada acara penyerahan itu, H. Veldkamp mengatakan : “Mulai saat ini, akibat persetujuan Indonesia akibat persetujaun Internasional yang berhubungan dengan itu, maka tanah dan bangsa Nieuw Guenea Barat telah ditempatkan di bawah kepemerintahan yang baru : Penguasa sementara perserikatan bangsa-bangsa. Kedaulatan Netherlands atas tanah ini telah berakhir. Tibalah suatau jangka waktu yang baru, jangka mana berlangsung sampai pada saat pertanggunganjawab atas pemerintahan diserahkan kepada Indonesia sepenuhnya.” (Mangasi Sihombing, 2006:32).

5. Referendum (PEPERA)
UNTEA lalu mempersiapkan referendum. Pada tanggal 1 Mei 1963, UNTEA menyerahkan pemerintahan Papua bagian barat kepada Indonesia. Hollandia yang tadinya menjadi pusat kekuasaan kerajaan Belanda di Papua, diubah namanya menjadiKota Baru. Momentum 1 Mei ini hingga kini diperingati sebagai Hari Integrasi Papuake dalam NKRI.
Tiga hari kemudian, tepatnya 4 Mei 1963 Bung Karno menjejakkan kakinya di Tanah Papua. Di hadapan ribuan orang Papua di Kota Baru, Bung Karno dengan semangan membara menyampaikan pidato :
“Irian Barat sejak 17 Agustus 1945 sudah masuk dalam wilayah Republik Indonesia. Orang kadang-kadang berkata, memasukan Irian Barat ke dalam wilayah Ibu Pertiwi. Salah! Tidak! Irian Barat sejak daripada dulu sudah masuk ke dalam wilayah kekuasaan Republik Indonesia…” (cuplikan pidato Bung Karno di Kota Baru, Jayapura, tanggal 4 Mei 1963)
Pada 5 September 1963, Papua bagian barat dinyatakan sebagai “daerah karantina”. Pemerintah Indonesia membubarkan Dewan Papua dan melarang bendera Papua dan lagu kebangsaan Papua. Keputusan ini ditentang oleh Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Proses persiapan referendum memakan waktu tujuh tahun. Baru pada tahun 1969, referendum (PEPERA) digelar dengan disaksikan oleh dua utusan PBB. Hasilnya, Papuaakhirnya kembali ke pangkuan NKRI. Maka jadilah Papua menjadi provinsi ke-26 Indonesia dengan nama Irian Jaya. Namun keputusan ini lagi-lagi ditentang OPM dan sejumlah pengamat independen yang diprovokasi Belanda.
Negara-negara Barat yang dimotori Amerika Serikat mendukung hasil PEPERA itu karena tidak ingin Indonesia bergabung dengan pihak komunis Uni Soviet.
Inipun belum berakhir. Hasil PEPERA harus diuji dalam Sidang Majelis Umum PBB. Dan, lagi-lagi sejarah mencatat, PBB akhirnya mengesahkan hasil PEPERA dengan sebuah Resolusi Majelis Umum PBB No. 2504 tanggal 19 Oktober 1969.
Bahwa kemudian PEPERA diragukan keabsahannya, itu adalah bahasa kecewa sekelompok aktivis Papua yang lahir jauh setelah PEPERA disahkan. Mereka terus berupaya agar di Tanah Papua dilakukan referendum ulang. Padahal mereka tahu bahwa hal itu tidak mungkin dilakukan.
*sumber: sejarah.kompasiana.com
Namun yang menarik dari lika-liku Belanda diatas adalah “kengototan” untuk merebut Papua Bagian Barat dari Indonesia. Ya PAPUA, bukan Jawa, Kalimantan atau Sumatra. Jika kita analisa, bisa jadi  penemuan tambang tembaga terbesar dunia pada 1939 membuat gelap mata Belanda untuk menguras kembali kekayaan Indonesia. Yang sebelumnya Belanda hanya mengeksplorasi kekayaan Indonesia hanya dari segi agraris terutama rempah-rempah selama kurun waktu + 3 abad. Namun pasca proklamasi motif Belanda beralih untuk mengeksplorasi kekayaan mineral Indonesia.
            Dan benar saja pada tahun 1960 perusahaan Amerika serikat yang bergerak dalam bidang tambang tembaga dan emas PT. Freeport McMoran mengirim tim ekspedisi, untuk menindaklanjuti temuan Dozy, dipimpin oleh Forbes Wilson & Del Flint menjelajah Ertsberg. Dan akhirnya pada tahun 1967 ditandatangani perjanjian Kontrak Karya Freeport dengan Indonesia  pertama yang berdurasi 30 tahun dan menambang di wilayah Eastberg dengan luas tambang seluas 10 KM persegi.
Dan hingga saat ini PT. Freeport memperluas wilayah penambangannya. Adapun perluasan itu adalah tambang Grasberg yang merupakan tambang open pit, dan beberapa tambang close pit seperti Grasberg Block Cave(GBC), Deep Ore Zone (DOZ), Deep Mill Level Zone(DMLZ), Biggosan, dan Kucing Liar. Yang keseluruhan tambang itu dapat menghasilkan sebesar 135.000 ton/hari.
            Timbul pertanyaan dari manakah Belanda membangun  negara kecil itu dengan bendungan?mungkin saja hasil menjajah dari Indonesia selama 300 tahun dengan menguras hasil rempah-rempahnya. Seandainya Belanda dulu dapat menguasai Papua, mungkin Belanda sekarang tidak sekecil itu. Mungkin saja sebesar Kalimantan,  Jawa, atau bahkan Papua dengan mengkonversi kekayaan Papua menjadi bendungan laut yang lebih luas.

3 komentar:

  1. lalu apakah saat ini amerika tidak menguras Emas di atas Tanah Papua yang pernah di kuasai Belanda

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belanda merupakan sekutu dekat Amerika yang tergabung dalam blog barat. namun saya masih belum menemukan hubungan antara Belanda dan Amerika sehingga Tambanng tersebut beralih dari Belanda ke Amerika, atau bahkan tambang tersebut ada sharing profit antar 2 negara tersebut, atau bahkan dibagikan ke anggota-anggota sekutu blog barat

      Hapus
    2. Belanda merupakan sekutu dekat Amerika yang tergabung dalam blog barat. namun saya masih belum menemukan hubungan antara Belanda dan Amerika sehingga Tambanng tersebut beralih dari Belanda ke Amerika, atau bahkan tambang tersebut ada sharing profit antar 2 negara tersebut, atau bahkan dibagikan ke anggota-anggota sekutu blog barat

      Hapus